menerima pembuatan produk-produk berbahan fiberglass

Tong Sampah Fiberglass Dan Ciri Masyarakat Indonesia

By on Sep 18, 2013 in Blog |

Tong Sampah Fiberglass

Banyak orang yang merasa terenyuh ketika melihat banyak bangunan yang dibuat oleh pemerintah berada dalam kondisi ‘mangkrak’ atau tidak terawat. Kita bisa melihat tempat sampah yang berada di sepanjang jalan yang terbuat dari bahan besi atau bahan fiberglass yang biasa disebut dengan istilah tong sampah fiberglass, seringkali hanya menyisakan tutup atau hanya besi penyangganya sajaa. Selokan yang awalnya dibangun dengan tujuan untuk menanggulangi banjir ternyata terisi oleh sampah atau digenangi oleh air lindi. Trotoar yang semula dibangun untuk digunakan oleh pejalan kaki juga malah ditumbuhi ilalang, atau dijadikan tempat pancang beragam aneka tiang atau menjadi tempat usaha pedagang kaki lima. WC umum barangkali hanya yang berada di bandara saja yang selalu terlihat bersih dan wangi, sementara di terminal bis, dan wc umum yang ada di pemukiman padat atau desa hanya memperlihatkan kekumuhan, sarang dari berbagai sumber penyakit, bau yang tidak sedap, serta pemandangan yang sama sekali tidak enak untuk dilihat. Jika kita teliti mungkin banyak bangunan yang saat ini mangkrak tidak terawat usianya kurang dari satu tahun, padahal seharusnya daya guna bangunan tersebut lebih dari satu tahun.

Tempat Sampah 3 in 1 fiberglass Jual Tong Sampah Fiberglass produk fiber bandung cimahi

Berbagai kemungkinan dapat menjadi penyebab sebuah bangunan menjadi mangkrak. Pertama adalah nilai realisasi bangunan yang tidak sesuai dengan nilai yang telah dianggarkan. Banyak sekolah yang roboh, jembatan yang runtuh atau ambrol, bendungan yang jebol  bukan karena termakan usia tua, akan tetapi karena kualitas bahan bangunan yang selalu disusutkan oleh pihak-pihak (koruptor) yang ingin mengeruk keuntungan dengan cara yang tidak halal. Kedua adalah bangunan atau konstruksi yang dibangun tidak sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan dari masyarakat. Misalnya pemerintah membuat tong sampah fiberglass, tapi tidak banyak digunakan akibat ketidakpedulian masyarakat, atau pemerintah menyediakan perahu untuk penyebrangan, tapi pada kenyataanya tidak digunakan oleh masyarakat bukan karena masyarakat tidak memerlukan, tapi karena bentuk perahu yang disediakan sama sekali tidak sesuai dengan karakteristik ombak, atau spek mesin yang tidak memiliki tenaga. Di sebuah pulau yang belum memiliki aliran listrik, pemerintah setempat kemudian menyediakan Pembangkit Listrik dengan Tenaga Solar, satu hingga dua bulan dapat beroperasi namun pada bulan berikutnya kampung tersebut kembali gelap gulita, karena masyarakat tidak mampu untuk membeli solar.

 

Ketiga adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk merawat.  Pada dasarnya hal inilah yang menjadi masalah terbesar dari masyarakat Indonesia. Kesenangan masyarakat Indonesia adalah membangun (sambil memark up nilai bangunan), dan bukan menjaga apa-apa yang telah ada. Anggaran negara baik yang berupa APBN atau APBD terkuras habis untuk membangun apa yang telah dibangun sebelumnya dan  bukan untuk biaya pemeliharaan.  Padahal biaya untuk pemeliharaan jauh lebih murah dibanding dengan membangun. Tong sampah fiberglass yang sudah ada seringkali dibiarkan rusak untuk kemudian membeli tong sampah baru.

Tong Sampah Fiberglass sebagai solusi

Jelas masyarakat Indonesi merupakan masyarakat konsumtif yang hanya bisa menggunakan tapi kurang baik dalam pemeliharaan. Selokan di depan rumah sering dijadikan tempat sampah dan tidak melakukan aktivitas untuk membersihkan, padahal sudah disediakan tong sampah fiberglass untuk menampung sampah sementara. WC umum yang banyak dibangun oleh pemerintah hanya digunakan tanpa ada yang mau memelihara atau membersihkan, seolah semua aspek tersebut merupakan tanggungjawab pemerintah semata. Jalan yang dibangun, sudah kualitasnya rendah diperparah dengan tonase atau bobot kendaraan yang melebihi kapasitas.